Jumat, 16 Januari 2009

MENULIS

MENULIS

oleh:

Ratna Djuniwati Lisminingsih

Pada dasarnya kegiatan menulis telah dilakukan sejak kanak-kanak ketika seseorang pertama kali dapat menuliskan namanya. Mengungkapkan pengalamannya dalam bentuk tulisan lebih berarti bagi anak dibandingkan dengan menuliskan pengalaman orang lain yang jauh dari kehidupannya. Hal ini menyebabkan sebagian anak menganggap bahwa kegiatan menulis menjadi beban, apalagi dengan menekankan pada tata bahasa, tanda baca, ejaan dan mengabaikan isi atau gagasan yang dikembangkan. Hal ini berlanjut sampai dewasa dan secara tidak sadar kita belajar untuk takut menulis. Akan tetapi sejauh masih dapat berpikir dan mengemukakan apa yang dipikirkan, maka tidak mampu menulis itu kecil kemungkinannya.

Kegiatan menulis memerlukan kiat-kiat antara lain,memperhatikan apa yang akan ditulis, memilih kata-kata, menghindari jargon, dan mengidentifikasi calon pembaca. Agar kesalahan dalam penulisan tidak terulang, maka perlu mempelajari pengalaman masa lalu dalam menulis.


Memulai Menulis dan Cara Mengatasi Hambatan

Hambatan-hambatan dalam menulis yang sering terjadi misalnya, rasa takut, rasa jemu, rasa ingin sempurna, menarik diri, tidak sabar, dan rasa percaya diri yang berlebihan. Hambatan ini dapat diatasi dengan menulis secara teratur dan melakukannya secara rutin. Hambatan lain seperti ejaan, tata bahasa dan struktur kalimat dapat dipelajari dalam kaidah struktur tata bahasa. Hambatan tersebut saat ini dapat diatasi dengan word processor.

Memulai kegiatan menulis dapat dilakukan dengan cara membuat daftar gagasan yang penting ditulis, akan tetapi jika cara ini dirasa kurang bermanfaat untuk dapat membuat garis besar, maka dapat dicoba dengan menggunakan gaya menulis sendiri atau dapat pula dengan melakukan pengelompokkan, yaitu menuliskan topik di tengah kertas, kemudian menuliskan kata-kata atau frase-frasenya yang ada di dalam pikiran di sekitar topiknya. Cara lain adalah menulis seolah-olah sedang mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikiran dan berargumen kepada seorang sahabat.

Cara untuk mengorganisasikan pikiran dan gagasan dapat dilakukan dengan mengurutkan gagasan, mengenali hubungan antar gagasan, menjadikan gagasan dapat diterima dalam bahasa yang lebih dimengerti, memberikan informasi penting kepada pembaca dan bercerita tentang perkembangan gagasan kita. Hal ini mungkin dapat mempermudah proses penulisan dan membuat tulisan menjadi lebih menarik.

Menentukan Topik,Greget dan Gaya Penulisan

Memilih topik yang menarik dan diminati merupakan hal yang memudahkan dalam menulis. Greget dapat mendorong kegiatan menulis. Melakukan kajian kepustakaan yang relevan dengan bidang yang diminati sebelum memilih topik penulisan akan bermanfaat. Setelah itu baru menaruh perhatian pada gagasan-gagasan yang merangsang pertanyaan-pertanyaan atau keingintahuan untuk membangkitkan greget.

Tulisan ilmiah menenai teori dan penelitian pada umumnya menuntut penulis tidak sekedar mengutip pengetahuan yang telah ada, akan tetapi selalu berpikir tentang permasalahan-permasalahan, menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada, berinteraksi dengan informasi untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikannya.

Penggunaan kata ”saya” dalam penulisan berbahasa Indonesia jarang digunakan dan biasanya diganti dengan menggunakan kalimat pasif. Hal ini memang menjadikan si peneliti harus berpura-pura bahwa yang ditulis adalah hasil-hasil penemuan orang lain. Depersonalisasi ini menguatkan rasa takut untuk mengungkapkan gagasan sendiri atau berpikir tentang topik–topik dan menarik kesimpulan. Pada prinsipnya tidak ada kaidah yang tidak memperbolehkan menulis dengan kata pembuka, ”saya pikir,...”. Dengan kata lain, mengembangkan gaya penulisan sebagai seorang penulis bergantung kepada perasaan yang kuat terhadap diri sendiri sebagai pemilik pengetahuan dan gagasan untuk menyuarakannya kepada pihak lain.

Latihan bermanfaat untuk menjadi cermat terhadap unsur-unsur penulisan. Penggunaan kata-kata yang disukai, ritme tulisan, cara menggunakan metafora, menyampaiakn gagasan dan organisasi tulisan merupakan gaya penulisan yang merupakan karakteristik si penulis.

Pembaca dan Revisi Tulisan

Menulis merupakan bentuk komunikasi yang melibatkan penulis dan calon pembaca. Menulis dengan kesadaran tentang calon pembaca tulisan merupakan suatu cara yang baik untuk mempertahankan agar tulisan menjadi hidup. Akan tetapi membiarkan diri terlalu asyik memikirkan bagaiamana para pembaca akan menilai apa yang ditulis dapat merupakan hambatan dalam menulis. Menulis apa yang dipercayai benar akan dapat mengatasi masalah-masalah, tantangan, dan hambatan yang mungkin muncul.

Membaca ulang dan merevisi kembali apa yang ditulis merupakan cara yang baik untuk merevisi frase-frase yang aneh dan kesalahan-kesalahan tata bahasa yang muncul dalam tulisan. Hanya penulis tangguh dan punya komitmen yang dapat mendisiplinkan diri untuk melakukan berkali-kali penulisan draft hingga sampai revisi terakhir. Saat ini penggunaan wordprocessor dapat mempermudah kelancaran tulisan.

Kesimpulan

Banyak cara untuk memulai menulis, memilih topik, mengembangkan greget, mengembangkan gaya penulisan, merevisi dan menyelesaikan suatu tulisan. Hal ini tergantung dari tujuan menulis, topik tulisan dan calon pembaca.